Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia telah berdampak pada kondisi ekonomi secara menyeluruh.Menyempitnya lapangan pekerjaan dan penguasaan ekonomi pada sekelompok mayoritas telah menjadi hal yang biasa di negeri ini.Demi peningkatan sumber daya ekonomi perlu diciptakan suatu lapangan usaha baru yang paling tidak memberdayakan dirinya sendiri sehingga paling tidak telah mengentaskan satu angka pengangguran.
Dari inovasi dan kreasi, kami mencoba membuka peluang dengan membuka gerai makan dengan nama "Gerai Cinta Caffe". Alasan yang mendasari kami untuk membuka usaha ini antara lain:
a.       Budaya masyarakat masa kini dengan kesibukannya yang beragam sehingga enggan untuk memasak dan dengan adanya selera masyarakat yang tinggi akan kuliner membuat kami yakin bahwa dengan mendirikan usaha ini akan mampu menjawab kebutuhan masyarakat tersebut.
b.      Menciptakan lapangan kerja baru, paling tidak bagi kami dan beberapa orang di sekitar kami.
c.       Memberdayakan kemampuan dan keahlian yang kami miliki.
Gerai ini didirikan dengan menghadirkan bubur cinta dan bakso cinta sebagai menu utama karena di Daerah ini belum ada bakso dengan bentuk cinta dengan rasa yang fantastis seperti di tempat kami ini.
Selanjutnya tema yang kami angkat dalam pendirian gerai ini adalah natural. Jadi dalam gerai tersebut akan ditanam beberapa tanaman yang cukup rindang dan menyejukkan. Kami mencoba menghadirkan bakso sebagai makanan pinggiran ala restoran.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


SURGA INDONESIA YANG MULAI MEMUDAR
Ahmed Ar Rifa’i*
Bumi indonesia, yang kaya akan sumber daya alamnya. Bumi pertanian yang sangat melimpah. Perikanan yang sangat memakmurkan. Tambang-tambang emas yang begitu mengkilau. Minyak bumi yang menjajikan. Tanah subur yang memunculkan berbagai macam tumbuhan yang ditanamnya. Iklim yang begitu seimbang. Pemandangan alam yang begitu mempesona. Menarik siapa saja yang melihatnya. Seakan pemberian Tuhan yang bernama Indonesia ini merupakan tetesan surgaNya. Mereka yang mengaku orang asing menyebut indonesia sebagai Jannatud dunya, atau surganya dunia.
Berkali-kali kita mendengar kata surga, baik dari buku, teman sebaya, guru - guru dan sumber informasi lainnya. Tidak ada yang menyangkal bahwa surga merupakan tempat yang indah. Kebutuhan serba tercukupi. Kenikmatan dan kepuasan yang luar biasa. Manusia yang tinggal didalamnya akan merasa aman dan makmur, betah untuk hidup. Tidak ada perseteruan, tidak ada benci, tidak ada rasa khawatir, tidak ada kejahatan, pokoknya segalanay dipenuhi dengan berbagai kebaikan.
Namun benarkah, yang demikian itu yang terjadi di bumi kita indonesia, negeri yang katanya surga dunia, penduduk  aman, sejahtera, sebagaimana gambaran diatas, atau malah yang terjadi adalah sebaliknya.....
Siapapun anda yang peduli dengan tanah Ibu Pertiwi akan dapat memberi jawaban ! Apapun  jawaban anda pasti anda memiliki jawaban juga atas jawaban yang anda kemukakan. Wujud rentetan jawaban yang keluar dari sanubari kita, yang masih menjujung FITRAH sebagai manusia, yang tidak ada kepentinga diri sendiri, tidak ada rasa AKU didalamnya.
Berapa banyak berita-berita kriminal yang kita dengar dan lihat di Media Massa. Pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pencurian, korupsi dan berita-berita kriminal lainnya  yang memenuhi otak kita, sehingga sarat denga  hal negatif, karena mengingat yang negatif. Namun Tuhan memberi wahyu sebagai pedoman untuk menghindarinya dan kita memohon pertolongan padaNya agar dijaukan.
Selain hal yang kriminal, terdengar banyak manusia - manusia yang mengalami kelaparan, busung lapar, gizi buruk, putus sekolah, penyakit yang tidak mendapat bantuan obat, kemiskinan, kemelaratan, orang sakit yang tidak mendapat perawatan layak karena kemiskinannya, orang-orang yang tidak mempunyai rumah.
Setelah mendapat kenyataan yang demikian apakah bisa disebut disatu sisi indonesia  merupakan surga tapi disisi lain indonesia juga neraka ?
Benar, surga bagi mereka yang berkehidupan serba kecukupan, hidup mewah, tak peduli dari mana mereka dapatkan tapi juga neraka bagi mereka yang hidup menderita.
Indonesia sebagai negeri yang kaya dari segi sumber dayanya namun masyarakatnya kurang menghargai akan pemberian Tuhan yang berupa Indonesia ini. Mereka justru lebih condong ingin mengcopy paste Negara lain yan mereka anggap maju, tanpa peduli melihat potensi negaranya. Tolak ukur kemajuan diukur menurut Negara yang mereka agungkan itu. Meniru dan meniru sehingga identitas dilupakan.








  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

RENUNGAN


844qKETIADAAN

ABADI

Apalah artinya aku…

Adaku dan tiadaku adalah sama…

Tak ada yang patut disebut sebagai milikku...

Segala apa yang ada dan terjadi dalam rengkuh ruang dan waktu,

adalah bayangan nyata yang sejenak muncul sebagai hakekat,

dan kemudian sirna tuk kembali pada ketiadaan asalnya yang abadi…

HILANGNYA

“KITA”.

Hanya ada Aku, Kau dan Dia,

Tiga makna pengukir derita…

Hanya ada Senang, Puas dan Bangga,

Tiga makna penabur duka…

Hanya ada Cinta, Damai dan Mesra,

Tiga makna pembasuh lara…

Entahlah…0

Mungkin saja makna “Kita” telah lama terkubur bersama raibnya kesadaran cinta umat manusia…

CITRAAN

SEMENTARA

Tak ada yang hilang…

Semua hanyalah fatamorgana

dan citraan-citraan sementara…

Banyak yang telah terjadi tuk kemudian terhenti lalu terlupakan…

Tinggal bingkai-bingkai hakekat dan makna sebuah peristiwa…

Sebatas itulah kita dapat menikmati masa lalu kehidupan fana…

Dan saat ini, musti kita hayati wujud diri kita sendiri tuk dapat kita kenang saat keniscayan masa depan datang menyapa…

Bimbinglah jiwa kita berkelana tuk temukan arti pengembaraan diri yang sejati…

MUTIARA

MULIA

Ibarat mutiara mulia,

jiwa ini tak akan kubiarkan berserpih karena pecah terjatuh…

Aku sadar, meski serpihan itu akan tetap berkilau dan memiliki keindahannya sendiri,

namun keutuhan alami tak akan terwujud kembali tuk dapat kunikmati…

Mutiara itu selamanya akan tetap jadi milikku…

Tapi, melalui kilauan-kilauannya akan kusapa siapa saja yang bisa menikmatinya…

Tak akan kubiarkan mutiara itu tersentuh,

meski oleh jemari kekanakanku sendiri…

KEHADIRAN

JIWA

Tak ada kehadiran tanpa jiwa…

Saat kesadaran bersua bisikkan cinta,

nurani kan segera hadir tawarkan kasih mesra nirwana…

Tak ada damai tanpa cinta abadi…

Saat kehendak diri menimang akal budi dalam ayun ketulusan pribadi,

pancaran ruh suci kan segera hadir taburkan aroma surga dalam sukma…

BIARKAN

SEMUA BERKELANA

Sejenak mata batinku melihat potret panorama masa depan hidupku sendiri…

Tampak gurat-gurat keindahan terpahat rapi pada dinding-dinding natura keniscayaan…

Seberkas cahaya suci telah menanti

tuk berikan makna terang dan hangatnya damai dalam dekap lembut sejarah abadi…

Ada yang bergegas mengusik kesadaranku yang masih sangat labil dan terabaikan…

Namun, segera saja jiwaku meronta dan menghempaskannya…

Batin ini pun segera kuayun dalam timangan kasih kepanditaan sang waktu…

Terdengar irama kebersamaan mengalun merdu iringi lantunan puisi cinta alam semesta…

Ketika itu, kuberanikan diri lambaikan tangan tuk ucapkan selamat tinggal pada keterhimpitan…

Dan akhirnya aku pun mengerti, hidup ini memiliki sejarahnya sendiri…

Segera saja kutuliskan petuah dalam batinku: “Biarkanlah semua yang ada berkelana tuk temukan makna hakiki dan kesejatian fitri dirinya sendiri”…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HUKUM ISLAM

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Teologi dan Kebudayaan

KEBUDAYAAN

Pengertian Kebudayaan

Banyak para ahli yang mengkaji tentang makna kebudayaan. Diantaranya adalah :

St. Taqdir Ali Sjahbana berpendapat bahwa kebudayaan merupakan manifestasi dari cara berpikir. Pengertian ini amat luas, karena semua tingkah laku dan perbuatan manusia dapat dikategorikan hasil cara berpikir, bahwa perasaan pun, menurut beliau, termasuk pikiran juga.

Pengertian yang lebih luas lagi dikemukakan oleh Sarmidi Mangunkaro, seorang politikus yang aktif dalam kebudayaan menyatakan bahwa kebudayaan adalah segala yang merupakan (bersifat) hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya. Dikatakan lebih luas karena hasil kerja manusia mencakup kerja periksa (pikiran, cipta), rasa (perasaan), karsa (kemauan), instuisi, imajinasi, dan fakultas - fakult as rohani manusia lainnya. Hanya saja dalam definisi tersebut lebih ditekankan pada hasil kerja jiwa manusia, dan belum ditegaskan fungsi raga (jasmani) manusia dalam rangka menciptakan kebudayaan tersebut. Pada totalitas manusia adalah mencakup jasmani dan rohani atau material substance dan spiritual substance secara seimbang, dan masing-masing mempunyai peranan dalam menciptakan kebudayaan.

Sedang menurut Koentjoroningrat kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Dia berpendapat bahwa ada 3 wujud kebudayaan :

  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
  3. Wujud kebudayaan sebagi benda – benda hasil karya manusia. Dalam praktiknya, wujud kebudayaan tersebut tidak terpisah satu dengan yang lain.

Wujud dan isi kebudayaan yang dimiliki manusia pada gilirannya akan mewarnai konsep tentang manusia itu. Mengenai isi dan ruang lingkup tentang kebudayaan itu adalah sangat luas sekali, mencangkup segal aspek kehidupan (hidup rohaniyah) dan penghidupan (hidup jasmaniyah) manusia. Hanya saja ada sementara ahli yang mamasukkan agama sebagai salah satu isi kebudayaan. Hal ini merupakan persoalan tersendiri yang perlu didudukkan secara proporsional. Agama yang ada didunia ini pada intinya dapat dikelompokkan kedalam dua macam, yaitu agama samawi/wahyu (revealed religion) dan jenis agama bukan wahyu/agama budaya (non-revealed religion). Jenis agama yang pertama jelaslah bukan produk manusia tidak berasal dari manusia, tetapi dari tuhan. Karena itu tidak bisa dimasukkan kedalam kebudayaan. Sedangkan jenis agama yang kedua berasal dari manusia, maka dapat dikatagorikan kedalam bagian kebudayaan.

Definisi-difinisi yang telah dikemukakan terdahulu tampaknya belum menyinggung tujuan dari kebudayaan itu sendiri, sehingga kebudayaan bisa jadi menimbulkan kesejahteraan manusia, atau sebaliknya malahan menimbulkan malapetaka bagi kehidupan dan penghidupa manusia, baik individu maupun masyarakat, ataupun individu dengan masyarakat sekaligus. Karena itu disini perlu dikemukkan definisi kebudayaan yang lebih lengkap.

Endang Saifuddin Anshari, setelah mempelajari beberapa pandangan para ahli tentang pengertian kebudayaan, kemudian telah sampai pada rumusannya sendiri tentang kebudayaan, yaitu bahwa kebudayaan (kultur) adalah hasil karya cipta (pengolahan, perasaan, kemauan, imajinasi dan fakulktas-fakultas rohaniyah lainnya) dan raganya, yang menyatakan diri dalam berbagai kehidupan (hidup jasmaniyah) manusia, sebagai jawaban atas segala tantangan, tuntutan dan dorongan dari intra diri manusia dan ekstra diri manusia, menuju kearah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan (spiritual dan materil) manusia, baik induvidu maupun masyarakat ataupun individu dan masyarakat.

Ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi dari definisi tersebut yaitu bahwa :

1. Kebudayaan adalah man made atau karya/ciptaan manusia;

2. Yang menjadi bahan kebudayaaan adalah alam, baik bahan alam yang terdapat dalam diri manusia maupun bahan alam yang terdapat di luar diri manusia.

3. Yang dijadikan alat penciptaan kebudayaan adalah jiwa dan raga manusia. Termasuk kedalam jiwa adalah : periksa(pikiran,cipta)rasa(perasaaan), karsa (kemauan), intuisi, imajinasi, dan bagian-bagian rohani manusia lainnya.

4. Ruang lingkup kebudayaan meliputi segala aspek kehidupan (hidup rohaniah dan penghidupan (hidup jasmaniah) manusia.

5. Pada garis besarnya kebudayaan dapat dibedakan menjadi kebudayaan materi dan immateri dan kebudayaan materi.

6. Tujuan kebudayaan adalah untuk kesempurenaan dan kesejahteraan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat, atau individu dan masyarakat sekaligus.

7. Kebudayaan merupakan jawaban atas tantangan, tuntutan, dan dorongan dari intra dan ekstra diri manusia.

8. Kebudayaan dapat diwariskan dan diwarisi melalui proses pendidikan dan kebudayaan.

TEOLOGI DAN KEHIDUPAN BUDAYA MANUSIA.

Setelah kita mengetahu definisi dan penjabaran kebudayaan di atas, kita akan menghubungkannya dengan konsep Teologi. Pada pembahasan mengenai Teologi, di materi awal makalah ini, teologi diartikan sebagai ilmu tentang Tuhan. Dan teologi, merupakan bagian-bagian dasar dari ajaran sebuah agama. Agama dalam konteks ini diartikan sebagai ” kepercayaan terhadap kekuatan/kekuasaan supranatural yang menguasai dan mengatur kehidupan manusia, yang menimbulkan sikap bergantung/pasrah pada kehendak dan kekuasaannya dan menimbulkan perilaku dan perbuatan tertentu sebagai cara berkomunikasi dengannya dan mohon pertolongan untuk mendatangkan kehidupan yang selamat dan sejahtera. ” Sedangkan kehidupan budaya yang dimaksudkan adalah penggunaan dan pengerahan segenap kemampuan akal dan budi daya manusia untuk melaksanakan, mengatur dan memenuhi kebutuhan hidup, memahami, menjawab dan memecahkan persoalan – persoalan kehidupan, dan menyusun suatu sistem kehidupan yang baik, yang menjamin keselamatan, kemakmuran, dan kesejahteraan hidup.

Baik agama (kehidupan beragama) maupun kehidupan budaya manusia, keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu merupakan fitrah (pembawaan) manusia, bertumbuh dan berkembang secara terpadu bersama-sama dalm proses kehidupam manusia secara nyata di muka bumi dan secara bersama pula menyusun suatu sistem budaya dan peradaban suatu masyarakat/bangsa. Namun keduanya memiliki dua sifat dasar yang berbeda, yaitu bahwa agama memiliki sifat dasar “ ketergantungan dan kepasrahan “, sedangkan kehidupan budaya mempunyai sifat dasar “kemandirian dan keaktifan”. Oleh karena itu, dalam setiap tahap/fase pertumbuhan dan perkembangannya menunjukkan adanya gejala, variasi, dan irama yang berbeda antara lingkungan dan masyarakat/bangsa yang satu dengan yang lainnya.

Pada tahap awalnya tampak bahwa agama mendominasi kehidupan budaya masyarakat, kemudian dengan adanya perkembangan akal dan budidaya manusia, maka mulai tampak gejala terjadinya proses pergeseran dominasi agama tersebut, yang pada giliran selanjutnya tersingkirkan dalam kehidupan budaya suatu masyarakat. Dalam tahap ini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih , manusia merasa mampu hidup mandiri dan menolak pengaruh, control yang bersal dari agama. Agama tidak lagi mempunyai peran dan fungsi sebagai pengarah dan pengendali terhadap perkembangan kehidupan sosial-budaya manusia. Akibatanya, berkembanglah kehidupan sosial-budaya sekuler secara bebas, di bawah pengaruh dan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, menjadi sistem budaya dan peradaban modern.

Sistem kehidupan sosial-budaya dan peradaban modern sekarang ini sangat potensial untuk tumbuh dan berkembangnyaan situasi dan kondisi problematis bahkan kritis, yang mengancam eksistensi manusia dan kemanusiaanya. Untuk bisa keluar dari kondisi problematis yang kritis itu tampaknya memerlukan intervensi nilai-nilai universal yang berfungsi untuk memadukan dan mensikronkan tujuan-tujuan semantara dan kondisional antara kelompok dan masyarakat/bangsa, sehingga bisa dihindari terjadinya konflik antar kelompok masyarakat/bangsa tersebut. Sedangkan kekuatan pengontrol/pengendali berfungsi untuk mengendalikan berbagai kebebasan yang merupakan ciri dari sistem budaya dan peradaban modern tersebut, untuk menjadi kebebasan yang bertanggung jawab.

Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modernnya, manusia memang telah mampu menjadikan kehidupannya makmur dan sejahtera secara materil. Tetapi dengan iptek semata, ternyata manusia tidak mampu menemukan dan merumuskan tujuan hidup yang pasti, yang menjamin ke arah tercapainya tujuan akhir dari kehidupan ini, dan tidak mampu menemukan nilai-nilai universal yang hakiki, yang mampu menjadi sumber kekuatan pengendali dan pengontrol perkembangan Iptek modern, yang kalau dilepaskan secara bebas akan mengancam kehidupan umat manusia.

Dengan demikian, alternatif yang mungkin bisa ditempuh ialah dengan merujuk dan berorientasi pada kekuatan/kekuasaan adikodrati yang menjadi sebab pertama dan menjadi tujuan akhirnya dari segala sesuatu yang ada, yaitu dari Tuhan (Allah). Untuk itu perlu adanya reaktualisasi agama fitrah dan menjadikannya sebagai bagian integral dalam sistem budaya dan peradaban modern.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS